Cara Menghitung Gaji Karyawan Berdasarkan Omset Cara Menghitung Gaji Karyawan Berdasarkan Omset

Bisnis Owner Harus Paham Cara Menghitung Gaji Karyawan Berdasarkan Omset, Biar Adil!

Cara menghitung gaji karyawan berdasarkan omset bisa dimulai dengan melihat rasio gaji terhadap pendapatan kotor (payroll-to-revenue) agar bisnis tetap sehat. Setelah paham rasionya, kamu bisa menetapkan “anggaran gaji” yang realistis dan membaginya ke gaji pokok, tunjangan, serta insentif berbasis target. Di artikel Tokpee hari ini, kita akan membahas cara menghitung gaji karyawan berdasarkan omset dan info menarik lainnya!

Bagaimana Cara Menghitung Gaji Karyawan Berdasarkan Omset?

Menggaji karyawan dengan adil itu penting, loh. Bayaran dan role yang mereka lakukan harus sesuai. Bukan cuma supaya tim betah, tapi juga supaya bisnis kamu punya kultur yang sehat. 

Biar nggak jadi business owner yang dzalim, ayo belajar cara menghitung gaji karyawan berdasarkan omset bareng Tokpee hari ini.

Yang sering bikin pusing itu bukan “mau gaji berapa”, tapi: apa sih patokannya? Kalau bisnis lagi rame, gaji harus ikut naik? Kalau lagi sepi, apa boleh dipangkas? 

Nah, pendekatan berbasis omzet biasanya dipakai karena terasa paling “masuk akal”: ketika pemasukan naik, kapasitas bayar naik; ketika pemasukan turun, kamu jadi lebih waspada supaya biaya tetap terkendali.

Tapi supaya nggak ngasal, kita butuh cara hitung yang rapi. Konsep yang paling dasar adalah melihat hubungan antara pendapatan kotor (omset) dan total biaya penggajian dalam periode yang sama. 

Cara sederhana untuk menghitung rasio ini adalah membagi pendapatan kotor dengan total gaji, lalu mengubahnya menjadi persentase. 

Supaya lebih mudah dipakai untuk ngatur anggaran, banyak bisnis memakainya sebagai indikator: “dari omzet sekian, idealnya penggajian habis berapa persen.” Ini membantumu menentukan gaji bukan dari perasaan, tapi dari angka.

Langsung aja kita pelajari caranya berikut ini:

Tentukan dulu definisi “omzet” dan periodenya

Sebelum ngitung, pastikan satu hal: yang kamu pakai itu omzet (pendapatan kotor), bukan laba bersih. Dan tentukan periodenya. Bulanan biasanya paling enak untuk UMKM karena mudah dievaluasi.

Baca Artikel Lainnya  Cara Mengatur Waktu Pengiriman di Shopee dengan Mudah

Contoh:

  1. Omzet bulan ini: Rp80.000.000
  2. Total gaji + tunjangan + insentif bulan ini: Rp20.000.000
  3. Setelah datanya jelas, baru masuk ke rumus.

Hitung rasio payroll terhadap omzet

Ada dua cara yang sering dipakai agar mudah dibaca:

Payroll-to-revenue ratio (gaji sebagai persentase omzet)

Rumusnya:

Rasio gaji (%) = (Total Penggajian ÷ Omzet) × 100%

Dengan contoh di atas:

Rasio gaji = (20.000.000 ÷ 80.000.000) × 100% = 25%

Artinya, 25% dari omzet kamu habis untuk biaya tenaga kerja.

Revenue-to-payroll ratio (berapa omzet “menanggung” gaji)

Ini versi yang mirip seperti penjelasan Mekari soal membagi pendapatan kotor dengan total gaji untuk mendapat angka rasio, lalu diterjemahkan ke persentase. 

Rumusnya:

Rasio omzet terhadap gaji = Omzet ÷ Total Penggajian

Dengan contoh di atas:

80.000.000 ÷ 20.000.000 = 4

Artinya, setiap Rp1 gaji “ditopang” oleh Rp4 omzet. Keduanya boleh dipakai dan pilih yang paling gampang kamu jelaskan ke tim dan paling mudah kamu pantau tiap bulan. Untuk budgeting, biasanya versi A (persentase) lebih praktis.

Tentukan “batas aman” anggaran gaji

Kenapa ini penting? Karena biaya gaji itu bukan cuma gaji pokok. Anggaran tenaga kerja biasanya juga mempertimbangkan hal-hal seperti pajak payroll, asuransi, tunjangan, lembur, kompensasi, sampai cuti. 

Selain itu, rasio gaji memang bisa sangat bervariasi tergantung jenis bisnis. Untuk bisnis padat karya seperti restoran dan usaha jasa, porsi biaya tenaga kerja bisa lebih besar. 

Jadi, jangan bandingkan buta antara bisnis kuliner vs bisnis digital product karena struktur biayanya beda.

Praktiknya begini, kalau rasio gaji kamu terlalu tinggi, bisnis rentan seret cashflow. Kalau rasio gaji terlalu rendah, risiko tim cepat burnout, turnover tinggi, atau kualitas layanan turun.

Terapkan skema yang “fair”: gaji tetap + komponen variabel

Supaya adil dan tetap fleksibel, banyak owner memakai pola:

  1. Gaji tetap (fixed): gaji pokok + tunjangan tetap
  2. Variabel (performance-based): insentif omzet, komisi penjualan, bonus target, lembur sesuai realisasi

Kenapa cara ini enak? Karena karyawan punya kepastian, bisnis punya ruang bernapas saat omzet naik-turun, dan tim tetap termotivasi karena ada “hadiah” ketika performa bagus.

Baca Artikel Lainnya  6 Cara Download Video Shopee, Mudah dan Cepat

Contoh sederhana pembagian:

Kamu tetapkan total anggaran payroll ideal = maks 25% dari omzet

Nah, dari 25% itu:

  1. 18–20% untuk gaji tetap + tunjangan tetap (biar aman)
  2. 5–7% untuk insentif berbasis target (biar tim termotivasi)

Buat contoh hitung yang mudah dipahami tim

Agar transparan, kamu bisa jelaskan dengan narasi simpel seperti ini:

  • Omzet bulan ini: Rp100.000.000
  • Kamu menetapkan batas payroll: 25%
  • Maka “budget gaji” bulan ini: 25% × 100.000.000 = Rp25.000.000

Lalu Rp25.000.000 itu dibagi misalnya:

  • Total gaji tetap tim: Rp20.000.000
  • Pool insentif omzet: Rp5.000.000 (dibagi berdasar peran/kontribusi, misalnya kasir 20%, kitchen 40%, sales 40%)

Dengan model begini, tim paham bahwa insentif bukan “random”, tapi memang bagian dari sistem.

Pasang pagar pengaman biar tidak kebablasan

Ini bagian yang sering dilupakan, padahal krusial. Yuk kita perhatikan beberapa poin berikut ini:

  • Batas minimal: pastikan komponen gaji tetap memenuhi standar yang berlaku (misalnya kebijakan upah minimum dan aturan ketenagakerjaan setempat).
  • Batas maksimal: kalau kamu tidak ingin pengeluaran melebihi kemampuan, tetapkan plafon insentif atau plafon payroll per bulan.
  • Evaluasi berkala: Mekari menekankan pentingnya penganggaran dan menimbang banyak aspek operasional sebelum menetapkan penggajian. 

Dengan begitu, kamu tetap adil tanpa “mengorbankan” kesehatan bisnis.

Kesimpulan

Cara menghitung gaji karyawan berdasarkan omset pada dasarnya adalah membuat hubungan yang jelas antara pendapatan kotor dan biaya penggajian. Baik lewat persentase (payroll-to-revenue) maupun rasio omzet terhadap gaji. 

Pendekatan ini membantumu menyusun anggaran yang realistis karena penggajian juga mencakup tunjangan, lembur, dan komponen lain di luar gaji pokok. 

Supaya sistemnya terasa adil, kamu bisa memadukan gaji tetap (untuk kepastian) dan insentif variabel (untuk mendorong performa), lalu memasang batas minimal dan maksimal agar cashflow tetap aman. 

Dengan pola ini, karyawan merasa dihargai, bisnis tetap sehat, dan kamu tidak perlu “menebak-nebak” setiap kali menyusun payroll.

Kalau kamu pengin gaji karyawanmu nggak mentok di angka segitu-segitu aja, ada satu hal penting yang bisa kamu lakukan: jualan online pakai Tokpee!

Dengan Tokpee, kamu bisa paham produk mana yang berpotensi tinggi meningkatkan penjualan. Kamu nggak perlu bingung riset manual untuk bantu analisis tren produk, kompetitor, dan performa live shopping yang sukses. 

Kebayang nggak, kalau omzet meningkat, karyawan makin sering dapat bonus bulanan atau salary increment. Karyawan happy, bisnis makin rapi, performa naik, cuan pun berlipat ganda tiap hari!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Special offer

Dapatkan Tool Riset Produk Laris untuk Lejitkan Bisnis

Lihat cara kami riset produk untuk tingkatkan penjualan toko online. 👇
DOWNLOAD NOW
close-link