Cara menghitung omset penjualan sebenarnya cukup sederhana, yaitu menjumlahkan seluruh pendapatan kotor dari hasil penjualan dalam periode tertentu. Omset bisa dihitung secara harian, bulanan, maupun tahunan tergantung kebutuhan analisis bisnis. Di artikel Tokpee hari ini, kita akan membahas cara menghitung omset penjualan dan info menarik lainnya lagi agar kamu bisa mengambil keputusan bisnis dengan lebih tepat!
Bagaimana Cara Menghitung Omset Penjualan?

Banyak pebisnis yang rajin jualan setiap hari, tapi belum tentu benar-benar paham berapa omset yang mereka hasilkan. Padahal, omset adalah salah satu indikator paling dasar untuk melihat seberapa “hidup” bisnismu.
Dari angka omset, kamu bisa menilai apakah strategi penjualan berjalan baik, kapan bisnis sedang naik, dan kapan perlu dievaluasi. Penting juga untuk dipahami bahwa omset berbeda dengan keuntungan.
Omset adalah total pendapatan kotor sebelum dikurangi biaya apa pun, seperti modal, gaji, sewa, atau biaya operasional lainnya. Nah, supaya kamu tidak salah langkah, Tokpee akan membahas cara menghitung omset penjualan yang mudah dipahami, lengkap dengan contoh harian, bulanan, dan tahunan.
Secara umum, rumus dasar menghitung omset penjualan adalah:
Omset = Jumlah Produk Terjual × Harga Jual
Namun dalam praktiknya, cara menghitung omset bisa dibedakan berdasarkan periode waktu. Mengapa ini penting? Karena setiap periode punya fungsi analisis yang berbeda.
Omset harian berguna untuk operasional, omset bulanan untuk evaluasi strategi, dan omset tahunan untuk melihat pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. Ayo kita bahas satu per satu!
Omset Harian
Omset harian adalah total pendapatan kotor yang kamu peroleh dalam satu hari operasional. Perhitungan ini sangat penting, terutama untuk bisnis yang punya transaksi rutin setiap hari seperti toko online, kedai kopi, restoran, atau UMKM retail.
Cara menghitung omset harian cukup dengan menjumlahkan seluruh transaksi yang terjadi dalam satu hari. Misalnya:
- Produk A terjual 10 pcs × Rp50.000 = Rp500.000
- Produk B terjual 5 pcs × Rp40.000 = Rp200.000
- Produk C terjual 3 pcs × Rp100.000 = Rp300.000
Maka omset harian = Rp500.000 + Rp200.000 + Rp300.000 = Rp1.000.000
Dengan mencatat omset harian, kamu bisa:
- Melihat hari mana yang paling ramai atau sepi
- Mengetahui dampak promo harian
- Mengontrol arus kas harian
Tips dari Tokpee, coba biasakan mencatat omset harian meskipun bisnismu masih kecil. Dari kebiasaan sederhana ini, kamu akan lebih mudah membaca pola penjualan ke depannya.
Omset Bulanan
Omset bulanan adalah akumulasi dari seluruh omset harian dalam satu bulan. Ini adalah periode yang paling sering dipakai oleh pebisnis untuk evaluasi kinerja karena cukup stabil dan mudah dibandingkan antar bulan.
Rumusnya sederhana:
Omset Bulanan = Total Omset Harian selama 1 Bulan
Contoh:
- Rata-rata omset harian: Rp1.000.000
- Jumlah hari operasional: 30 hari
- Omset bulanan = 1.000.000 × 30 = Rp30.000.000
Omset bulanan sangat berguna untuk:
- Mengevaluasi efektivitas promosi bulanan
- Menghitung kemampuan bayar gaji dan operasional
- Menentukan target penjualan bulan berikutnya
Dari data omset bulanan, kamu juga bisa mulai membandingkan “Bulan ini naik atau turun dibanding bulan lalu?” Kalau turun, kamu bisa langsung cari penyebabnya. Apakah karena promo berkurang, traffic menurun, atau ada kompetitor baru.
Omset Tahunan
Omset tahunan adalah total pendapatan kotor yang dikumpulkan selama satu tahun penuh. Perhitungan ini penting untuk melihat pertumbuhan bisnis dalam jangka panjang dan biasanya dipakai untuk perencanaan besar, seperti ekspansi, penambahan karyawan, atau kerja sama dengan investor.
Cara menghitungnya:
Omset Tahunan = Total Omset Bulanan selama 12 Bulan
Contoh:
- Rata-rata omset bulanan: Rp30.000.000
- Omset tahunan = 30.000.000 × 12 = Rp360.000.000
Dengan data omset tahunan, kamu bisa:
- Membandingkan performa tahun ini vs tahun sebelumnya
- Menentukan target omset tahun depan
- Menilai apakah bisnismu layak scale up atau perlu efisiensi
Biasanya, dari omset tahunan juga akan terlihat pola musiman. Misalnya, omset melonjak saat Ramadan, Harbolnas, atau akhir tahun. Insight ini sangat berguna untuk menyusun strategi stok dan promosi di tahun berikutnya.
Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Menghitung Omset

Agar perhitungan omset tidak menyesatkan, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan:
Omset bukan laba
Jangan tertipu angka besar. Omset tinggi belum tentu untung kalau biaya operasional juga besar.
Pisahkan transaksi bisnis dan pribadi
Ini penting agar angka omset tidak tercampur dan analisis tetap akurat.
Gunakan data yang konsisten
Pakai periode yang sama saat membandingkan omset, misalnya bulan ke bulan atau tahun ke tahun.
Manfaatkan tools pencatatan
Menggunakan aplikasi POS, spreadsheet, atau tools analitik akan sangat membantu agar perhitungan omset lebih rapi dan minim human error.
Kesimpulan
Cara menghitung omset penjualan pada dasarnya adalah menjumlahkan seluruh pendapatan kotor dari hasil penjualan dalam periode tertentu.
Kamu bisa menghitung omset secara harian untuk kontrol operasional, bulanan untuk evaluasi strategi, dan tahunan untuk melihat pertumbuhan bisnis secara keseluruhan.
Dengan memahami perbedaan dan fungsi tiap periode, kamu tidak lagi sekadar “jualan jalan,” tapi benar-benar paham arah bisnismu.
Ingat, omset adalah fondasi untuk analisis keuangan yang lebih dalam, seperti menghitung laba, menentukan gaji karyawan, hingga menyusun strategi ekspansi.

Kalau kamu mau meningkatkan omset lebih mudah, kuncinya satu: jualan produk yang memang dicari audiens. Gimana caranya? Riset pakai Tokpee aja!
Kamu bisa riset produk terlaris dengan lebih praktis dan membandingkannya dengan performa pasar dan kompetitor. Tokpee bisa jadi partner yang membantumu membaca data penjualan dengan lebih cerdas dan terarah.
Mulai dari Rp50.000/bulan untuk modal awal, omzetnya bisa balik berkali-kali lipat!
