Cara Mencari Persediaan Akhir untuk Menghitung Nilai Stok Barang Cara Mencari Persediaan Akhir untuk Menghitung Nilai Stok Barang

Cara Mencari Persediaan Akhir untuk Menghitung Nilai Stok Barang

Cara mencari persediaan akhir dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sederhana:

(Persediaan Awal + Pembelian) – Harga Pokok Penjualan (HPP) = Persediaan Akhir.

Rumus ini membantu bisnis mengetahui nilai stok barang yang masih tersisa di akhir periode akuntansi. Dalam artikel Tokpee hari ini, kita akan membahas langkah-langkah menghitung persediaan akhir secara mudah dan akurat.

Bagaimana Cara Mencari Persediaan Akhir?

Mengetahui cara mencari persediaan akhir sangat penting bagi setiap pelaku bisnis. Persediaan akhir adalah jumlah barang yang masih tersedia untuk dijual pada akhir periode tertentu, seperti akhir bulan atau akhir tahun. 

Nilai ini tidak hanya membantu kamu mengetahui berapa banyak stok yang tersisa, tetapi juga berperan besar dalam menentukan laba bersih perusahaan.

Secara umum, rumus persediaan akhir adalah:

Persediaan Akhir = (Persediaan Awal + Pembelian) – Harga Pokok Penjualan (HPP).

Misalnya, jika kamu memulai bulan dengan persediaan sebesar Rp10.000.000, melakukan pembelian tambahan Rp5.000.000, dan menjual barang dengan HPP Rp8.000.000, maka persediaan akhir kamu adalah Rp7.000.000. Angka ini menunjukkan nilai stok barang yang masih tersedia di gudang atau toko kamu.

Jenis-Jenis Metode Penilaian Persediaan

Dalam akuntansi, terdapat beberapa metode penilaian persediaan yang digunakan untuk menentukan nilai barang yang tersisa di akhir periode. 

Pemilihan metode ini dapat memengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP) dan laba bersih perusahaan. Berikut tiga metode yang paling umum digunakan:

FIFO (First In, First Out)

Metode FIFO (First In, First Out) berarti barang yang pertama kali masuk akan dijual terlebih dahulu. Artinya, persediaan akhir terdiri dari barang yang baru dibeli.

Baca Artikel Lainnya  6 Contoh Strategi Promosi Penjualan yang Bisa Meningkatkan Penjualan

Metode ini cocok digunakan untuk bisnis yang menjual produk mudah rusak atau memiliki tanggal kedaluwarsa, seperti makanan, minuman, atau kosmetik.

Kelebihan: Mencerminkan nilai stok yang lebih realistis di kondisi inflasi, karena stok akhir menggunakan harga terbaru.

Kekurangan: Laba kotor bisa terlihat lebih tinggi karena HPP menggunakan harga lama.

LIFO (Last In, First Out)

Metode LIFO (Last In, First Out) berarti barang yang terakhir masuk akan dijual terlebih dahulu. Dengan demikian, persediaan akhir terdiri dari barang lama yang belum terjual.

Metode ini umum dipakai di negara dengan tingkat inflasi tinggi karena dapat menurunkan laba kena pajak (HPP lebih tinggi). Namun, di Indonesia metode LIFO sudah jarang digunakan karena tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan (SAK).

Kelebihan: Mengurangi beban pajak saat harga bahan baku meningkat.

Kekurangan: Nilai stok akhir bisa tampak tidak realistis karena dihitung dengan harga lama.

Average Cost (Metode Rata-rata Tertimbang)

Metode Average Cost menghitung nilai persediaan akhir berdasarkan harga rata-rata dari seluruh barang yang dibeli selama periode tersebut.

Rumusnya adalah:

Harga Rata-rata = (Total Biaya Barang yang Dibeli) / (Jumlah Unit Barang)

Metode ini banyak digunakan karena sederhana dan stabil. Nilai persediaan tidak terlalu dipengaruhi oleh fluktuasi harga barang.

Kelebihan: Perhitungan mudah dan hasilnya konsisten.

Kekurangan: Tidak selalu mencerminkan harga pasar terkini.

Faktor yang Mempengaruhi Nilai Persediaan Akhir

Nilai persediaan akhir tidak hanya bergantung pada rumus atau metode penilaian yang digunakan, tetapi juga pada beberapa faktor eksternal dan internal dalam bisnis. Berikut beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan:

Fluktuasi Harga Barang

Perubahan harga bahan baku atau barang dagangan bisa memengaruhi nilai persediaan akhir, terutama jika metode penilaian menggunakan harga terkini (seperti FIFO).

Kerusakan dan Barang Usang

Barang yang rusak, kedaluwarsa, atau tidak laku harus disesuaikan nilainya karena tidak bisa dijual dengan harga normal. Penyesuaian ini perlu dicatat agar laporan keuangan tetap akurat.

Retur Barang

Retur pembelian (barang dikembalikan ke pemasok) dan retur penjualan (barang dikembalikan oleh pelanggan) memengaruhi jumlah dan nilai persediaan. Jika tidak dicatat dengan benar, stok akhir bisa keliru.

Baca Artikel Lainnya  Cara Dekorasi Toko Shopee Agar Lebih Menarik dan Makin Laris

Kesalahan Pencatatan

Human error seperti salah input, tidak memperbarui stok, atau lupa mencatat transaksi pembelian/penjualan dapat menyebabkan perbedaan antara stok fisik dan data di sistem.

Perubahan Sistem Akuntansi atau Gudang

Peralihan ke sistem baru tanpa sinkronisasi data dengan benar juga bisa memengaruhi nilai persediaan. Audit dan stok opname rutin bisa membantu mencegah masalah ini.

Kesalahan Umum dalam Menghitung Persediaan Akhir

Banyak bisnis, terutama UMKM, sering melakukan kesalahan saat menghitung nilai persediaan akhir. Padahal, kesalahan kecil bisa berdampak besar pada laporan keuangan dan keputusan bisnis. 

Berikut beberapa kesalahan umum yang perlu dihindari:

Tidak Memperhitungkan Barang Rusak atau Hilang

Sering kali stok yang rusak, hilang, atau sudah kedaluwarsa tetap dihitung dalam persediaan akhir. Akibatnya, nilai aset menjadi lebih tinggi dari kenyataan dan laba tampak meningkat secara tidak wajar.

Salah Mencatat Pembelian atau Penjualan

Transaksi yang tidak dicatat dengan benar bisa menyebabkan ketidaksesuaian antara catatan dan stok fisik. Misalnya, pembelian yang belum dimasukkan ke sistem atau penjualan yang terlewat dari pembukuan.

Tidak Memperbarui Data Stok Harian

Banyak bisnis masih menghitung stok secara manual tanpa update harian. Akibatnya, laporan stok tidak akurat dan sulit digunakan untuk analisis penjualan atau perencanaan pembelian ulang.

Tidak Melakukan Stok Opname Secara Rutin

Tanpa pemeriksaan fisik secara berkala, selisih antara data dan stok nyata sering terjadi. Stok opname minimal dilakukan setiap akhir bulan atau akhir tahun untuk menjaga keakuratan data.

Menggunakan Metode Penilaian yang Tidak Konsisten

Mengganti metode penilaian persediaan tanpa penyesuaian akuntansi dapat membuat perbandingan laporan keuangan antarperiode menjadi tidak valid.

Tips: Gunakan software manajemen persediaan untuk mencatat transaksi secara otomatis, menghindari human error, dan memperbarui data stok secara real time.

Kesimpulan

Nilai persediaan akhir digunakan saat melakukan audit akuntansi atau penyusunan laporan keuangan. 

Data ini penting karena akan memengaruhi neraca dan laporan laba rugi bisnismu. Jika nilai persediaan akhir terlalu tinggi, laba bisa terlihat lebih besar dari sebenarnya. 

Sebaliknya, jika terlalu rendah, laporan keuangan bisa menunjukkan kerugian yang tidak akurat. Oleh karena itu, penting untuk menghitung persediaan akhir dengan teliti dan menggunakan metode pencatatan yang konsisten.

Mengetahui cara mencari persediaan akhir juga membantumu dalam pengambilan keputusan bisnis. 

Misalnya, kamu bisa mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian ulang, mengidentifikasi barang yang bergerak lambat, atau bahkan menilai efisiensi sistem pergudangan. 

Dengan data yang akurat, kamu bisa merencanakan strategi stok dan penjualan dengan lebih efektif, sehingga bisnis tetap berjalan lancar dan menguntungkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Special offer

Dapatkan Tool Riset Produk Laris untuk Lejitkan Bisnis

Lihat cara kami riset produk untuk tingkatkan penjualan toko online. 👇
DOWNLOAD NOW
close-link